Candi Peninggalan Sejarah di Sumatera Utara

Sumatera Utara banyak memiliki situs peninggalan sejarah yang sangat 
perlu dan penting untuk kepentingan kita semua. Salah satu situs 
peninggalan Hindu-Buddha berupa candi terdapat di Sumatera Utara bagian 
Selatan tepatnya di Kabupaten Padang Lawas terdapat sebuah Situs 
Percandian yagn dinamakan Situs Padang Lawas.
Situs ini merupakan salah satu situs penting dari masa pengaruh 
Hindu-Buddha (Klasik) di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera. Areal 
situs ini secara administratif terletak di wilayah tiga kecamatan, yakni
 Kecamatan Batang Pane, Kecamatan Lubuk Barumun, dan Kecamatan Padang 
Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara.
Kepurbakalaan yang terdapat pada situs ini tersebar di sepanjang aliran 
Sungai Batang Pane, Sirumambe, dan Sungai Barumun, terdiri dari 
setidaknya enambelas kompleks percandian atau dalam bahasa setempat 
lebih dikenal sebagai biaro atau biara yang merupakan adopsi dari kata 
dalam Bahasa Sanskerta, vihara yang berarti tempat belajar mengajar dan 
ibadah khususnya bagi penganut agama Buddha(Ing. monastery). Nama lain 
yang dikenal oleh masyarakat adalah Portibi, yang dalam bahasa setempat 
berarti dunia. Nama-nama biaro itu antara lain adalah: Sipamutung, Bara,
 Bahal (I,II, dan III), Sijoreng, Pulo, Sangkilon, Sitopayan, dan 
Sisoldop.
Berdasarkan sejumlah temuan yang didapatkan di situs ini, secara relatif
 biaro-biaro di Padang Lawas (Portibi) diperkirakan sudah eksis sejak 
abad ke-11 M. Data yang dijadikan acuan terutama adalah tulisan-tulisan 
kuno pada prasasti-prasasti yang ditemukan di situs ini. Salah satu dari
 beberapa prasasti itu adalah prasasti Gunung Tua, merupakan prasasti 
tertua yang ditemukan di situs ini, ditulis dalam aksara Jawa Kuna dan 
menggunakan bahasa Melayu Kuna, yang dipahatkan pada bagian belakang 
landasan sebuah patung yang diapit terbuat dari perunggu.
Saat ini sisa-sisa kejayaan kerajaan Panai itu masih dapat dilihat di 
situs Padang Lawas. Beberapa diantara biaro-biaro itu sudah dipugar 
seperti Biaro Bahal I dan Biaro Bahal II, Biaro Bahal III dan Biaro 
Sipamutung, sementara biaro-biaro lainnya karena kondisinya sudah 
teramat rusak mengakibatkan saat ini belum dapat dipugar.








17 Maret 2014 pukul 07.36
candinya khas bentuknya, batu yang digunakan juga berbeda dengan jenis batu candi di jawa, pengin sekali berkunjung kesana jika ada kesempatan