Wayang Kulit

Bratasena
Salah satu peninggalan budaya tradisional yang adiluhung adalah seni wayang. Baik wayang kulit, wayang orang, wayang goleh, wayang sasak, dsb. Salah satu yang akan kita bicarakan adalah kesenian wayang terutama wayang kulit. Khusus untuk daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah, wayang kulit begitu amat sangat dikenal oleh masyarakat. Baik kalangan bawah maupun para pejabat. Hal ini dibuktikan, pagelaran wayang kulit yang sering diadakan pada acara di masyarakat seperti acara pernikahan, khitanan, dan syukuran. Juga dikalangan pejabat seperti ulang tahun Kota, ulang tahun kabupaten, ulang tahun propinsi, atau hari jadi yang lain.
Wayang kulit tidak bisa ditinggalkan dari kehidupan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat jawa. Selain sebagai tontonan yang menarik, wayang kulit juga menjadi suatu tuntunan yang baik bagi kehidupan dimasyarakat. Makna dan falsafah yang terkandung didalam cerita wayang sangat beragam dan sangat baik bagi kehidupan manusia. Diantaranya bahwa kebaikan selalu menang diatas kejahatan, kejujuran seslalu unggul diatas kecurangan, dsb.
Wayang kulit yang digelar pada suatu pertunjukan dilakukan oleh seorang dalang yang melakonkan cerita wayang tersebut. Diatas kelir putih dan diterangi oleh lampu (blencong) permainan wayang begitu hidup dan mempesona. Meski pada saat ini, penerangan lampu blencong sudah digantikan oleh tata lampu yang sangat menarik, bahkan diselingi oleh sorot gambar dari proyektor. Gamelan yang melantunkan suara gending dan tetembangan dari para sinden atau swarawati menambah indahnya pagelaran.
Modernitas memang tidak bisa dihindari. Wayang sebagai seni tradisional mau tidak mau juga terseret arus modernitas. Tidak hanya pada tata lampu, tetapi juga perangkat gamelan yang ada. Bonang, saron, gender, kendang, rebab, siter, gambang dan suling, harus menerima kehadiran gitas bass, gitas melodi, keyboard, drum, dsb. Yang bertujuan tidak lain adalah menampilkan seni campursari yang biasa dikemas dalam suatu pertunjukan wayang kulit.
Menilik dari asal cerita wayang yang dari India, beberapa buku ada yang menuliskan wayang dari dataran Yunan China. Karena wayang berasal daria kata Wo Yong, yang artinya bayang-bayang. Namun cerita-cerita itu menjadi begitu beragam setelah masuk ke Indonesia. Dari jaman Majapahit atau malah sebelumnya hingga masukknya budaya islam. Wayang berkembang begitu dewasa tanpa berubah cerita dan eksistensinya.
Memang pada akhirnya, di Jawa Tengah dan Jawa Timur wayang terbagi menjadi berbagai versi menurut tempatnya :

  1. Gaya Surakarta
  2. Gaya Yogyakarta
  3. Gaya Jawa Timuran
Selain itu wayang juga terbagi menjadi beberapa jenis :
  1. Wayang Purwa
  2. Wayang Sadat
  3. Wayang Menak
  4. Wayang Wahyu
  5. Wayang Beber
  6. Wayang Thithi
  7. Wayang Suluh
  • Wayang Purwa adalah wayang kulit yang biasa kita saksikan, yang mengambil cerita tentang Mahabarata dan Ramayana.
  • Wayang Sadat mencerita tentang perkembangan agama Islam di Jawa.
  • Wayang Menak menceritakan cerita Panji atau cerita yang bersumber dari Kediri.
  • Wayang Wahyu atau wayang kristiani adalah wayang yang mencerita kisah Yesus Kristus dan menyelamatkan umat manusia.
  • Wayang Beber, sama halnya dengan cerita wayang purwa namuan media tampilnya digambar digulungan kain, yang setiap adegan harus digulung dst.
  • Wayang Thithi, wayang yang tebuat dari kayu. Bentuk dan ukirannya miripwayang purwa namun agak tebal.
  • Wayang Suluh adalah wayang yang berisi penyuluhan dari pemerintah terhadap masyarakat. Wayang ini sempat terkenal pada masa orde baru.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Wayang Kulit"

Posting Komentar

Free Greek Independence Day Cursors at www.totallyfreecursors.com